Saturday, July 23, 2011

Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung

Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung, mengandung makna yang terdalam adalah bersikap tolerans. Banyak yang meyakini pribahasa ini berasal dari Tanah Minang yang memang suka merantau. Pribahasa ini mengamanatkan kepada kita untuk selalu memunculkan nilai-nilai toleransi dalam kehidupan bermasyarakat, terutama di tengah-tengah masyarakat yang homohen secara kultural, adat, agama, maupun status sosial seperti di kota-kota urban.

Setiap etnik selalu memiliki tradisi. Kadangkala ada tradisi yang nampak berseberangan antara tradisi satu etnik dengan tradisi etnik lainnya. Pribahasa ini menitahkan kepada kita untuk saling menghormati dan menghargai tradisi orang lain. Apalagi bagi seorang perantau, ia harus bisa menghormati tradisi yang berlaku di daerah baru tempatnya merantau. Ia tidak boleh keras-kepala menjalankan prinsip yang sesuai dengan tradisi leluhurnya, sebab siapa tahu justru tradisi leluhurnya itu kurang selaras dengan konteks tradisi di tempatnya merantau.

Seorang Khalil Gibran pun pernah berujar, "Jika hendak masuk ke rumahku, maka tanggalkan tradisimu." Ya, di tempat oramg lain, kita harus menghormati tradisi orang lain.

Saturday, July 16, 2011

Di mana ada asbak, di situ boleh merokok

Sebelum berbuat sesuatu di daerah atau tempat orang lain, sebaiknya memeriksa dulu keadaan di sana, jangan-jangan ada petunjuk yang melarang kita berbuat sesuatu itu. Misalnya di sebuah ruangan yang terdapat petunjuk dilarang merokok, artinya kita tidak boleh merokok, sekalipun di ruangan itu hanya kita sendirian. Sekalipun di ruangan itu tidak ada tulisan "Dilarang merokok!" maka belum tentu seseorang diperbolehkan untuk merokok. Tetapi bila di ruangan itu ada asbak, maka terdapat petunjuk, bahwa kemungkinan besar di sana diperbolehkan untuk merokok.

Pesan dari pribahasa yang baru diciptakan ini mengingatkan kepada kita, jika hendak melakukan suatu aktivitas yang mengganggu orang lain, maka kita harus berhati-hati, sebab siapa tahu ada larangan untuk mengerjakannya. Kita tahu benar bahwa semakin hari, suatu perintah atau larangan di ruang publik, sudah semakin dipersingkat, yaitu dengan menggunakan simbol atau gambar. Di larang merokok, cukup dengan gambar rokok dicoret dalam sebuah lingkaran. Tapi untuk diperbolehkan merokok, masih menggunakan kata-kata, misalnya "Smoking Area" atau "Area Merokok". Mungkin saja suatu hari kata-kata Smoking Area atau Area Merokok itu akan diganti dengan gambar rokok di atas asbak pada sebuah lingkaran.

Dalam Laut Dapat Diduga Dalam Hati Siapa Tahu

Apa-apa yang ada di laut, sekali pun laut itu begitu dalam, masih bisa diketahui dengan cara diselami. Tetapi isi hati manusia sulit untuk diketahui. Pribahasa ini memberi pesan, supaya kita harus selalu berhati-hati menghadapi seseorang, apalagi bila belum kita kenali, sebab sangat sulit untuk menebak keinginan atau maksud seseorang.